FK UGM Memperingati Dies Natalis ke-70

Fakultas Kedokteran UGM bukanlah sebuah Menara Gading yang hanya indah dipandang melainkan sebagai "Menara Air", yang mengalirkan "air" pengetahuan ke seluruh pelosok tanah air.

Seperti pesan Bung Karno "Gadjah Mada adalah mata airmu, Gadjah Mada adalah sumber airmu, tinggalkanlah kelak Gadjah Mada ini bukan untuk mati tergenang dalam rawanya ketiadaan amalan atau rawanya kemuktian diri sendiri. Tetapi mengalirlah ke laut, tujulah ke alut, lautnya pengabdian kepada negara dan tanah air, yang berirama, bergelombang, bergelora.

"Dengan filosofi Menara Air tersebut maka Fakultas Kedokteran merintis dan mengembangkan Kanal Pengetahuan dan informasi," ucap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk, di GSP UGM, Sabtu (5/3) saat berlangsung puncak Dies ke-70, Fakultas Kedokteran UGM.

Sebagai fakultas yang mengembangkan Kanal Pengetahuan dan Informasi, Teguh Aryandono menandaskan dengan program ini maka FK UGM melakukan penyebaran diseminasi pengetahuan ke seluruh pelosok tanah air. Dengan program ini FK UGM menyediakan 16 menu dan 16 website pengetahuan.

Sebagai dekan, Teguh Aryandono berharap di masa depan FK akan memiliki banyak topik yang ditawarkan. Dengan topik yang semakin banyak tersebut diharapkan akan membantu memperluas akses calon peserta program pascasarjana yang berasal dari wilayah tertinggal, terluar dan terdepan.

"Penguatan atmosfer penelitian dan publikasi melalui kegiatan pelatihan serta lokakarya pun terus ditingkatkan," katanya.

Di usianya ke-70, FK UGM sebagai institusi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat terus berupaya mengembangkan kinerja organisasi melalui perbaikan berkesinambungan dan inovasi-inovasi. Tujuannya menciptakan lulusan-lulusan terbaik yang siap mengabdi bagi bangsa dan negara. Secara keilmuan, FK UGM mengampu tiga bidang keilmuan besar yang saling terkait, baik secara ilmu maupun praktik, yaitu ilmu kedokteran, ilmu keperawatan dan ilmu kesehatan mayarakat serta ilmu gizi kesehatan.

"Ketiga bidang ilmu ini saling berintegrasi satu sama lain sebagai upaya untuk membentuk lulusan FK UGM yang mampu berkolaborasi antar profesi," papar Teguh Aryandono.

Academic Health System (AHS)

Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D dalam orasi ilmiah menyatakan berbagai persoalan kesehatan yang kompleks dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan memerlukan contoh konkret konsep dan aplikasi "Academic Health System (AHS)". Menurut Ali Ghufron sinergi antara pemangku kepentingan yang tergabung dalam AHS memberi banyak manfaat.

Manfaat tersebut antara lain bagi universitas ataupun institusi pendidikan tinggi yang menerapkan konsep AHS nantinya dapat menyelenggarakan proses pembelajaran kedokteran dan kesehatan yang profesional, unggul dan berkelas dunia dengan dukungan penelitian translational transdisipliner "from bench to bedside". Konsep tersebut menempatkan  dosen dan tenaga pendidik lain untuk memiliki daya retensi yang tinggi dan kesejahteraan yang memadai dengan jam kerja yang lebih mendukung kesehatan.

Dijelaskan Ali Ghufron, konsep AHS merupakan sebuah sistem pengorganisasian pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian dalam suatu jejaring rumah sakit, fakultas atau program studi kedokteran dan kesehatan. Termasuk pendidikan profesi kesehatan yang terintegrasi, bersinergi dan berkomitmen dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan berbasis bukti, melalui pendidikan tenaga kesehatan yang berkualitas dan profesional dan penempatannya.

"Variasi implementasi konsep AHS sangat lebar. Semua jenis variasi konsep ini melibatkan minimal tiga komponen utama bidang pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan serta pengabdian pada masyarakat," jelasnya.

Ali Ghufron menambahkan Indonesia telah melakukan perubahan sistem pelayanan kesehatan secara mendasar dan sistemik. Paling tidak, perubahan dari aspek pembiayaan yang menitik beratkan demand side untuk mencapai UHC (Universal Health Coverage) atau cakupan menyeluruh.

Demikian pula aspek promosi, prevensi dan kesadaran serta perilaku masyarakat tentang kesehatan masih terbatas. Meski begitu, perubahan dari sisi supply side utamanya ketersediaan infrastruktur dan sumberdaya manusia kesehatan yang profesional masih belum optimal.

"Akselerasi perbaikan supply side ini tentu dapat ditempuh antara lain melalui sinergitas Academic Health System. Sinergi AHC ini akan memberi manfaat yang optimal pada seluruh pemangku kepentingan utama, baik pemerintah pusat, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Kesehatan, dan pemerintah daerah, institusi pendidikan dan institusi pelayanan kesehatan serta masyarakat" tutur Ali Ghufron. (Humas UGM/ Agung)