Prevalensi Depresi Pada Mahasiswa Pendidikan Kedokteran

Pendidikan kedokteran diketahui sebagai salah satu lingkungan yang sangat stressful untuk mahasiswa. Mahasiswa kedokteran terbukti mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dengan jurusan lain. Telah dilakukan sebuah evaluasi secara global, prevalensi depresi pada mahasiswa pendidikan kedokteran, termasuk faktor epidemiological, psychological, educational dan social untuk mengidentifikasi kelompok resiko tinggi yang mungkin memerlukan intervensi secara khusus. 

Prevalensi depresi pada mahasiswa pendidikan kedokteran telah terjadi pada satu dari tiga mahasiswa kedokteran secara global. Namun angka pengobatan masih relatif rendah. Penemuan terbaru menyarankan pada masing - masing medical school untuk melakukan early detection dan program prevensi selain itu juga perlu dilakukan intervensi pada mahasiswa kedokteran yang terbukti mengalami depresi sebelum wisuda.

Webinar Quality in Medical Education: Is it an Utopia?

WhatsApp Image 2019 08 22 at 14.11.25Kualitas dalam pendidikan kedokteran adalah perhatian utama bagi semua orang, terutama Pemerintah, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) , Organisasi Profesi, fakultas kedokteran dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan juga publik. Apa itu kualitas? Bagaimana mengukur kualitas? Bagaimana cara mencapai kualitas? Beberapa hal ini akan dijawab melalui webinar Quality in Medical Education: Is it an Utopia?. Acara digelar pada Senin 26 Agustus 2019 pukul 10.00-11.30 WIB dengan narasumber dr Titi Savitri P, M. Med. Ed, MA, PhD dengan moderator dr. Widya Wasityastuti, M. Sc, M. Med. Ed, PhD. Webinar ini gratis dan dapat diikuti dengan join webinar menggunakan ID 397 – 704 – 067 https://www.gotomeeting.com/webinar/join-webinar . Selamat bergabung!

Mengenali Potensi Aplikasi Pada Smartphone Sebagai Sarana Efektif Untuk Pembelajaran Kesehatan

Smartphone (gawai pintar) merupakan alat komunikasi antar pribadi berbasis internet yang sudah banyak digunakan saat ini untuk berbagai keperluan mulai dari komunikasi, browsing informasi, kamera, dan penggunaan berbagai fitur dan aplikasi, termasuk aplikasi media social dan pendidikan. Seiring dengan perkembangan teknologi digital saat ini, marak diluncurkannya penggunaan aplikasi - aplikasi pendidikan yang berbasis smartphoneyang bertujuan untuk menciptakan sistem pembelajaran mandiri (self directed learning) yang memungkinkan pengguna untuk berulang kali mengakses informasi dan berlatih keterampilan tanpa batasan ruang dan waktu.

Medical Humanities in Medical Education and Practice

Medical humanities (MH) adalah tanda dari perkembangan dan kematangan dalam kedisiplinan. MH bukanlah hal baru, jika meniliki ke belakang pada tahun 1927, Peabody mengatakan “ the secret of the care of patient is in caring for the patient “ kemudian muncul pendapat dari Pellegrino pada tahun 1984 “medicine connects technical and moral questions in its clinical decisions: it is required to be both objective and compassionate”. MH berada pada dua sisi antara science dan humanities dan tidak dapat dipisahkan hal tersebut.

Tantangan yang muncul pada abad ini yaitu adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan pada dunia kedokteran khususnya seperti nanotechnology, genome editing, robotics, dan 3D printing telah merubah cara pandang kita terhadap dunia yang semakin kompleks. Pertanyaannya apakah dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya kita bisa tetap menjaga sisi humanistic dan kepedulian dalam pelayanan kesehatan?

Penggunaan SMCI untuk Menilai Kapasitas Spesialis Pendidikan Kesehatan dalam Menggunakan Teknologi Social Media untuk Promosi Kesehatan

Social media dapat digunakan sebagai sarana dalam promosi kesehatan dengan memfasilitasi keterlibatan dan kolaborasi antara profesi kesehatan dengan masyarakat. Oleh karena itu, peran social media secara cepat menjadi sarana yang vital untuk promosi kesehatan. Saat pedoman dan pelatihan berperan pada profesi kesehatan masyarakat, saat ini belum terdapat pengukuran yang standar untuk menghitung kompetensi sosial media secara individu pada Certified Health Education Specialists (CHES) dan Master Certified Health Education Specialists (MCHES).

Pada diskusi bersama dengan pendampingan dosen (Critical Appraisal) yang dilakukan oleh mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK - KMK UGM pada 17 Desember 2018 di Ruang Kuliah Gd. Radioputro Lt. 6 FK - KMK UGM yang merupakan kegiatan peningkatan kapasitas akademik mahasiswa, dilakukan diskusi terhadap artikel jurnal yang berjudul “ Designing and Testing an Inventory for Measuring Social Media Competency of Certified Health Education Specialists.” yang diambil dari Journal of Medical Internet Research. Artikel ini dipublikasikan secara online pada 23 September 2015. Tema pada artikel ini menarik untuk dibahas karena isunya popular tentang penggunaan sosial media yang penelitian dalam jurnal tersebut juga didukung oleh teori - teori yang menarik dan praktis, yaitu teori yang menjelaskan faktor - faktor yang mungkin mempengaruhi seseorang dalam menggunakansosial media.