EKSPLORASI SUMBER IMAJINASI MAHASISWA TENTANG PROFESI DOKTER

Dalam proses menjadi dokter, seorang mahasiswa kedokteran mengalami proses tumbuhnya identitas profesional dokter. Perkembangan identitas merupakan proses negosiasi dalam diri yang bersifat dinamis. Dalam proses tersebut mahasiswa memerlukan gambaran tentang profesional dokter untuk dapat mengorientasikan dirinya dalam komunitas profesi dokter dan menentukan identitas profesionalnya kelak sebagai dokter. Sumber gambaran tersebut perlu dieksplorasi lebih jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara mahasiswa mendapatkan gambaran tentang profesi dokter.

Yoga, dkk menyimpulkan bahwa kurikulum formal sangat berperan penting dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang lingkungan dan cara kerja dokter dalam pelayanan kesehatan. Meskipun transfer nilai professional kepada mahasiswa sangat ditentukan oleh kurikulum tersembunyi, namun kurikulum formal dapat membantu memfasilitasi dengan menyediakan aktivitas yang memungkinkan terjadinya interaksi dokter antar generasi atau melakukan telaah-telaah terhadap cerita fiksi dan non fiksi yang didapat dari berbagai media.
Selengkapnya Klik disini

SELF-ASSESSMENT DALAM KEGIATAN DISKUSI PROBLEM-BASED LEARNING FAKULTAS KEDOKTERAN: KAJIAN NARATIF

Asesmen peforma peserta didik dalam diskusi problem-based learning (PBL) masih banyak diperdebatkan. Salah satu asesmen yang menerapkan prinsip pembelajaran dewasa adalah self-assessment (SA). Namun pada kenyataannya, lebih banyak fakultas kedokteran menggunakan asesmen tutor dibandingkan dengan SA karena dinilai kurang akurat. Banyak penelitian melaporkan ketidakakuratan SA disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan ketrampilan SA. Kajian literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang SA dan prinsip dasar penyusunan instrumen SA untuk diskusi PBL fakultas kedokteran.

Selengkapnya Klik disini

Meningkatkan Kesehatan melalui Investasi dalam Pendidikan Kedokteran

http://pdg.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1-600x306.jpgKetidaksesuaian antara apa yang diajarkan di institusi pendidikan kedokteran dan kemampuan yang sesungguhnya dibutuhkan oleh dokter untuk menyediakan layanan kesehatan yang relevan di area lokal merupakan salah satu kritik yang sering ditujukan pada pendidikan kedokteran. Ketidaksesuaian ini dialami terutama di Asia Selatan. Kebutuhan ini sangat besar melihat Asia Selatan menghadapi tingginya angka penyakit menular dan tidak menular, kecelakaan lalu lintas, mortalitas dan morbiditas ibu dan anak, peningkatan merokok, konflik kekerasan, dan efek yang besar dari bencana alam. Meski demikian, masih ada harapan. Sri Lanka dan provinsi Kerala, India memiliki indikator kesehatan yang sangat baik. Hal ini merupakan contoh dari apa yang dapat dicapai ketika pemerintah menyalurkan sumber dayanya yang terbatas pada pendidikan (menuju tingginya angka literasi) dan menyediakan layanan kesehatan primer yang berbasis komunitas daripada membangun rumah sakit spesialis yang mahal.

Jika negara lain, termasuk Indonesia ingin mengikuti keberhasilan Sri Lanka dan Kerala, maka dibutuhkan reorientasi dari pendidikan kedokteran untuk mengajarkan mahasiswanya di setting rumah sakit menuju pendidikan berbasis komunitas.

Selengkapnya simak di sini

Penilaian Komprehensif dari Kinerja Pengajaran di Pendidikan Kedokteran

https://cdn.tmpo.co/data/2015/07/13/id_418787/418787_620.jpg

Menilai kinerja pengajaran merupakan hal yang penting untuk pembelajaran mahasiswa. Penilaian ini menggunakan 3 cara, yaitu pengukuran pencapaian akademis mahasiswa melalui ujian tervalidasi, evaluasi dosen melalui opini mahasiswa dengan menggunakan instrumen yang valid, dan instrumen penilaian diri. Terdapat perbedaan signifikan dari ketiga cara penilaian. Empat kategori dosen didapatkan melalui opini mahasiswa. Dari studi ini, peneliti mengidentifikasi dosen dengan kinerja tinggi, yang membutuhkan pengembangan dari fakultas, dan dosen yang tidak memenuhi tanggung jawab mengajar dengan benar.

Selengkapnya, Simak disini