Akademisi Kedokteran Tanggapi Visi Jokowi Soal Stunting dan Gizi Bumil

Baru-baru ini, dalam pidato Visi Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menekankan penanganan masalah stunting dan gizi ibu hamil. Selain itu, Jokowi juga akan fokus membangun Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini bisa dimulai dari kampus, salah satunya institusi pendidikan kedokteran Indonesia.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB kepada JawaPos.com, Rabu (17/7), mengatakan Jokowi harus fokus pada berbagai hal dalam pemberantasan stunting sampai keselamatan ibu hamil saat melahirkan.

“Termasuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) harus mengatisipasi dan melakukan upaya-upaya yang lebih konstruktif atas arahan Presiden terpilih Jokowi ke depan. Presiden menekankan beberapa hal utama yaitu pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi. Presiden melihat ini betul-betul harus menjadi fokus kita dalam pembangunan sumber daya manusia,” tegas dia.

FKUI saat ini, lanjutnya, dengan jumlah peserta didik hampir 5.000 yang terdiri dari mahasiswa S1 fakultas kedokteran, profesi dokter, program pendidikan dokter spesialis 1 dan program pendidikan dokter spesialis 2, program pendidikan magister dan program pendidikan doktor juga terus akan membantu pemerintah untuk program peningkatan kualitas sumber daya.

Menurut Ari, institusi pendidikan kedokteran harus menyiapkan para dokter untuk bisa secara aktif ditengah masyarakat baik dalam pelayanan maupun penyuluhan untuk kesehatan ibu anak. Begitu pula untuk para spesialis khususnya yang para dokter spesialis yang berkompeten untuk mengurus kesehatan ibu,anak, gizi dan persiapan remaja dipersiapkan untuk bisa mengatasi permasalahan yang terjadi agar menekan angka kesakitan dan kematian.

Program S3 FKUI yang terdiri dari S3 Kedokteran, Gizi dan Biomedik juga mengarahkan untuk menghasilkan produk untuk memperbaiki kebijaksaan maupun produk2 penyuluhan serta produk inovatif yang meningkatkan kemandirian bangsa. “Untuk pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi memang harus dipersiapkan dari hulu sampai hilir,” tegasnya.

Ari menambahkannanak-anak remaja harus disiapkan dengan baik untuk menjadi orang tua dan mendapat amanah untuk hamil, punya anak dan mempersiapkan anak-anak dengan baik. Angka unwanted babby atau perkawinan dini akibat terjadi kehamilan diluar pernikahan harus ditekan sedemikian rupa agar kehamilan dan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik.

“BKBBN harus menjadi lembaga yang memegang peranan untuk para keluarga Indonesia bisa merencanakan keluarga dengan baik. Perkawinan dan persalinan harus disiapkan pre marital skrining harus dilakukan, sehingga jika ada masalah kesehatan bisa disiapkan dengan baik,” tuturnya.

Selain itu, pendidikan reproduksi sudah harus diperkenalkan sejak anak-anak kita remaja. Sehingga mereka tidak jatuh pada seks bebas. Sarana pelayanan kesehatan terkecil di Puskesmas sampai rumah sakit tersier juga harus siap menjadi pusat pelayanan ibu anak tentu sesuai dengan tingkat pelayanan kesehatan yang ada. Para bidan terutama yang bekerja di daerah kualitasnya juga harus ditingkatkan jumlah penting tetapi kualitas juga penting.

Para bidan musti terampil melakukan antenatal care, perawatan ibu hamil sampai melahirkan. Termasuk juga penyuluhan dan memberikan pelayanan KB bukan saja untuk pemberian pil atau suntik. Tetapi juga terampil melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pemasangan dan pencabutan susuk KB.

“FKUI telah mempersiapkan modul-modul pelatihan buat para petugas agar bisa memotivasi wanita usia subur untuk ikut pengaturan kehamilan dengan metode kontrasepsi jangka panjang yang reversibel seperti AKDR dan Implant (susuk). Selain itu staf FKUI juga turut membantu mengembangan aplikasi yang dapat di download untuk mempermudah dalam pelayanan keluarga berencana yaitu KLOP KB (Kriteria KeLayakan Medis KOntrasePsi) dan beberapa aplikasi lain. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini informasi bisa di share melalui gadget,” papar Ari.

Fokus Menekan Angka Stunting

Persoalan stunting, kata Ari, stunting bukan saja masalah asupan dan intake makanan tetapi yang penting adalah stunting bicara soal kemiskinan, kemampuan untuk membeli makanan yang bergizi baik untuk ibu atau calon ibu dan asupan makan untuk balita. Bahkan bukan saja untuk makanan yang bergizi untuk mendapatkan makan sehari-hari saja mungkin juga susah. Maka masalah kemiskinan juga harus diatasi.

“Stunting juga bicara soal kematangan ibu saat menikah dan hamil. Karena memang segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik,” ujarnya.

Selain itu stunting juga berhubungan dengan fasilitas kesehatan khususnya untuk kesehatan ibu dan anak. Bagaimana kondisi si calon ibu, baik sebelum menikah, saat menjadi ibu hamil, dan juga proses melahirkan sampai perawatan bayi baru lahir termasuk program imunisasinya.

“Jadi semua permasalahan bangsa yang menjadi perhatian pemerintah saat ini harus dilakukan dari hulu dan hilir dengan tujuan mempersiapkan perkawinan, kehamilan, persalinan dan perawatan 1000 kehidupan dengan sebaik-baiknya,” tandasnya.

Sumber: https://www.jawapos.com/nasional/17/07/2019/akademisi-kedokteran-tanggapi-visi-jokowi-soal-stunting-dan-gizi-bumil/